Oleh : ABDUL KHOLIQ
PENDIDIKAN berdasarkan pancasila bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Sebuah rumusan yang sangat agung, namun sejauh ini apakah rumusan tersebut telah diwujudkan pada setiap pribadi civitas akademika yang mengaku sebagai generasi agent of change, agent of control?
Nampaknya, rumusan diatas sulit terwujudkan, ketika wajah perguruan tinggi di Indonesia bagai remaja yang jerawatan. Tak sedap dipandang mata. Penyebabnya, merebaknya plagiarisme, ironisnya pelaku utama bukan pihak mahasiswa saja, akan tetapi dosen, guru besar, dan calon guru besar dengan beragam modus. Tidak hanya berhenti disini, bahkan yang lebih mencengangkan adalah tidak henti-hentinya mahasiswa yang melakukan aneka “kontestasi” kurang cerdas seperti tawuran, pengniayaan dan ragam kekerasan lainnya.
Sayang alih-alih mau mengubah Negeri kita dari ketertinggalan bangsa lain sebatas mimpi, ketika tidak sejalan dengan kenyataan yang ada, kita (mahasiswa) mengamini pendidikan berdasar pancasila tapi pada saat yang sama kita menghianati. Dalam kondisi bangsa yang sering dilanda konflik, yang secara ekonomi jauh dari maju dan secara ilmu pengetahuan sangat bergantung pada dunia luar, sulit bangsa kita diperhitungkan dalam percaturan internasional, nampaknya telah dirobek sendiri oleh calon pemimpin bangsa ini, dengan tindakan-tindakan tadi.
Bisikan hati ini miris, melihat adanya “kontestasi” yang kurang waras tersebut. Apakah demikian potret dunia kampus sekarang?, sering “main” batu untuk saling melukai, bahkan merusak tatanan fasilitas kampus yang tidak berdosa itu. Hal kurang ajar ini yang menjadi koreksi kita bersama. Jangan heran, ketika ada masyarakat berfikiran bahwa mahasiswa kok kayak preman, brutal. Kiranya timbul dari fenomena mahasiswa saat ini, seperti itu.
Sebenarnya dalam historis, kemunculan institusi pendidikan universitas diberbagai Negara yang selanjutnya berperan penting dalam proses pembangunan. Sebuah keharusan untuk kita ditampakkan, diwujudkan terutama dalam hal pemecahan masalah nasional bahkan internasional. Adalah isapan jempol belaka, tatkalah banyak civitas yang melakukan hal berkebalikan.
Oleh karenanya, mengembalikan elan vital kampus sebagai agent of change dan agent of control, lebih-lebih agent of moral tidak sebatas wacana, melainkan praksisnya (ortopraxcy) dengan menjadikan kampus sebagai tempat pendidikan karakter, tradisi ilmiah, maka tidak mustahil dalam terwujudnya kehidupan bangsa yang cerdas, mandiri mudah tergapai. Output yang dihasilkanpun tentunya manusia-manusia yang berkarakter, yaitu cerdas, religius, patriotic, humanis dan memiliki rasa keadilan social yang tinggi. Semoga mahasiswa mampu mengimplementasikan pendidikan berdasarkan pancasila. Sehingga tujuan pendidikan terwujud amin.
*Mahasiswa Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar