OLEH : ABDUL KHOLIQ*
KEMERDEKAAN adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan.
Goresan tinta yang termaktup dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 itu, dengan tegas dirumuskan para pendiri bangsa. Artinya bahwa, bentuk penindasan apapun, praktik intimidasi, tekanan oleh pihak lain pada bangsa kita, sesuatu keharusan dengan segera disingkirkan.
Baru saja bangsa kita berulang tahun ke 65. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah bangsa kita (bisa) dikatakan bangsa yang merdeka? Pertanyaan itu muncul tatkala bangsa kita, sejauh ini masih tergadaikan oleh pihak asing. Maraknya penguasaan asing atas aset ekonomi strategis, seperti sector pertambangan, telekomunikasi, air dan sektor lainnya. Suatu wujud dari ketidak berdayaan bangsa Indonesia.
Kendati demikian, bangsa kita secara defakto dikatakan bangsa merdeka dari kolonialisme. Dalam konteks sekarang, sepakat atau tidak anda, nasionalisme kita luntur bergeser menjadi nasionalisme dangkal. Kita bela merah putih hanya dalam hal-hal yang bersifat simbolik, kekayaan alam kita dikuras dan dijarah oleh korporasi asing, bahkan ketika kekuatan asing dapat mendikte perundang-undangan serta keputusan politik, kita diam membisu.
Beberapa waktu lalu kita dihebohkan petugas Perikanan dan Kelautan Indonesia, yang ditangkap Polisi Diraja Malaysia di tanah tumpah darah kita. Adalah tamparan wajah bagi bangsa Indonesia. Seolah kita sudah kehilangan harga dan martabat diri. Pedih rasanya melihat fenomena seperti itu. Kibaran sang saka merah putih, lagu kebangsaan yang menggetarkan hati, tidak memiliki makna tatkala ibu pertiwi dibiarkan merintih.
Bangsa yang merdeka tentunya, harus mentransformasikan diri sebagai bangsa yang bermartabat, bangsa yang berdaulat, disegani dan dihormati bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain kemerdekaan tanpa batas, merdeka untuk menikmati dan mengelolah kekayaan bangsa secara mandiri.
Tanpa langka demikian, perasaan gundah akan membuncah dihati rakyat. Terlebih lagi kalau beberapa persoalan lain, kecilnya lowongan pekerjaan, biaya pendidikan mahal, biaya kesehatan semakin mencekik. Pendeknya, rakyat berharap mendapatkan kemerdekaan tanpa batas, merdeka dalam arti sesungguhnya.
*Pegiat Center for Religious and Social Studies (RĂ«SIST) dan
Mahasiswa Matematika UIN Maliki Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar